10 November, 2009

kilasan SERIGALA TERAKHIR


SERIGALA TERAKHIR
Jenis Film : Drama Action
Sutradara : Upi
Produser : Adiyanto Sumarjono
Produksi : PT Investasi Film Indonesia
Durasi : 1 jam 50 menit





Film drama action yang dibintangi oleh aktor-aktor muda berbakat dan disutradarai oleh sutradara handal, Upi, membuat keberhasilan film Serigala Terakhir berada di puncaknya. Berkisah tentang 5 sahabat pemuda yang saling menyayangi satu sama lain dan memegang teguh arti persahabatan yang pada akhirnya harus terpisahkan karena rasa pengkhianatan dan dendam.

Ale (Fathir Muchtar), Jarot (Vino G. Bastian), Lukman (Dion Wiyoko), Saddat (Ali Syakieb) dan Jago (Dallas Pratama) merupakan pemuda kampung dari daerah pinggiran jakarta, mereka saling bersahabat satu sama lain. Selama hidup mereka sampai saat itu, mereka selalu bersatu dalam menghadapi musuh-musuh mereka. Bagi mereka kekuatan fisik adalah segalanya. "Kekuatan berarti kekuasaan, kekuasaan berarti kehormatan". Itu prinsip mereka tentang kehidupan. Sampai pada akhirnya, salah satu dari mereka harus menanggung hukuman penjara akibat adanya korban jiwa di pertempuran terakhir mereka bersama, Jarot.
Jarot dipenjara karena perbuatannya walaupun itu dilakukan untuk membela sahabatnya. Awal-awal dipenjara, Jarot selalu menjadi bahan siksaan bagi preman penjara dan kawan-kawannya. Segala bentuk siksaan dialami Jarot bahkan Jarot mengalami pengalaman pahit, yaitu sodomi. Namun, itulah yang membuat keadaan berubah terbalik, Jarot kembali menjadi pemuda liar yang akhirnya dapat menguasai penjara tersebut. Kenyataan paling miris yang harus diterima Jarot selama dipenjara adalah tak ada salah satu pun dari anggota keluarga Jarot maupun sahabat-sahabatnya yang mengunjungi Jarot. Disinilah, rasa dikhianati oleh sahabat-sahabatnya muncul dari dalam diri Jarot.
Kebebasan pun menjadi milik Jarot, tanpa disangka yang menjemput Jarot keluar dari penjara adalah Fathir (Reza Pahlevi). Pemuda bisu yang dulunya selalu dilecehkan oleh warga kampung termasuk kelompok Ale dkk, sekarang berubah menjadi pemuda ganas bagian dari kelompok mafia Naga Hitam. Fathir membawa Jarot ke dalam kelompoknya untuk membantu pelancaran aksi mereka dalam berdagang barang-barang haram. Walaupun tidak sepenuh hati, Jarot pun mulai terbiasa dengan pekerjaan barunya. Dimana di dalam pekerjaan barunya ini, membawa dia ke berbagai masalah, antara lain Jarot mengetahui adik perempuannya bekerja sebagai penyanyi di klub malam dan kelompok Naga Hitam ternyata berseberangan dengan kelompok Ale, sahabatnya dulu.
Kelompok Ale yang mengetahui Jarot bergabung dalam kelompok Naga Hitam menjadi panas dan ingin lebih mengamankan daerah mereka agar tidak terjamah oleh bisnis dari kelompok Naga Hitam tersebut. Pertempuran demi pertempuran terus terjadi. Keadaan bertambah parah dengan bertemunya kembali Jarot dengan Aisya, cinta lamanya, dan tewasnya adik Lukman akibat beredarnya barang haram kelompok Naga Hitam di wilayah kelompok Ale, dan diperkosanya adik perempuan Jarot oleh Jago dan Saddat.
Dari pertempuran yang terus terjadi mengakibatkan satu per satu sahabat Jarot, anggota kelompok Ale meninggal. Hal ini meninggalkan dendam pada diri Ale, ditambah dirinya mengetahui bahwa aisya, adik perempuannya, menjalin cinta dengan Jarot. Karena merasa percintaan antara Jarot dan Aisya membawa akibat buruk bagi keberadaan kelompok Naga Hitam, maka Fathir dkk menyuruh Jarot untuk melepaskan Aisya. Jarot melakukannya, tapi hal tersebut malah membawa Aisya terbunuh di depan mata Jarot tanpa dia mengetahui bahwa yang membunuh perempuan dan calon anak tercintanya adalah Fathir.
Merasa terpuruk, Jarot memutuskan untuk berbicara empat mata dengan Ale, sahabat tersisanya. Maksud Jarot adalah untuk mengakhiri perang namun Ale terbawa emosi hingga menimbulkan perkelahian. Dari perkelahian mereka, Ale terbunuh. Di akhir hidupnya Ale menyampaikan rasa sayang terpendamnya kepada Jarot. Jarot merasa terpukul. Tanpa disangka, Jarot pun menyusul kematian Ale akibat tembakan yang diarahkan Fathir kepadanya.
Di akhir cerita, tergambarkan adik laki-laki Ale yang berubah menjadi pahlawan bagi kampung mereka.


Oke,
begitulah kurang lebih kilasan review tentang film Serigala Terakhir. Film tersebut sebenarnya sudah tayang dari tanggal 5 November yang lalu, tapi aku baru sempet nonton sekarang, itupun dipaksa pacar :)
Memang sih aku sudah tertarik buat nonton ini film dari pertama kali liat trailernya di YouTube. Hal pertama yang buat aku tertarik nonton adalah laga action yg ditawarkan dari film ini (mirip kaya kungfunya Jackie Chan).
Buat aku, ini merupakan salah satu bentuk perkembangan dari keberadaan film Indonesia. Genre film yang ditawarkan tidak lagi monoton, disaat film-film Indonesia lainnya menyajikan hawa drama, komedi, dan horror. Film Serigala Terakhir berani untuk menyajikan bentuk film action kepada masyarakat. Ternyata hal ini disambut baik oleh masyarakat Indonesia. Ini terbukti dengan pecahnya rekor MURI oleh film Serigala Terakhir dengan premiere film dengan penonton terbanyak, yaitu 3042 penonton.
Di dalam keseluruhan film ini ada beberapa hal yang berkesan buat diri aku pribadi :
  • bentuk badan dari pemain-pemainnya yang aduhai, apalagi bentuk badannya Vino, bikin aku nyebut Astagfirullah terus :)
  • penampilan dari aktor Reza Pahlevi yang memerani pemuda bisu bernama Fathir. Totalitas dari akting aktor satu ini bikin aku kagum sama dia. Keren dah! apalagi pacar aku namanya mirip dia dikit-dikit, Riza Pahlevi, haha.
  • isi film yang menyajikan hawa baru di dunia perfilman Indonesia, full action.
Tapi, ada beberapa juga bagian film yang membuat aku menghela napas panjang (kecewa) :
  • pada waktu bagian film dengan setting tawuran di bawah jalan tol. Bagian ini buat aku ga terlihat seperti tawuran, malah kelihat orang banyak sedang jogget-jogget bareng, hehe.
  • pemisahan cerita satu ke lainnya yang kurang pas. Ini buat aku bingung, lho kok dari sini lompatnya kesana :)
  • yang paling parah, akhir cerita yang kesannya malah buat lucu. Mungkin gara-gara badan atau wajahnya adik Ale yang ga cocok jadi preman ya.
Dari keseluruhan, aku sudah cukup terhibur dengan film ini. Aku juga bangga dengan pekerja-pekerja film Indonesia yang mampu membawa warna baru di dalam perfilman Indonesia.

Akhirnya, buat film Serigala Terakhir ini aku kasih bintang empat deh ( **** ).

I'm proud of Indonesia

3 komentar:

obat tradisional batu ginjal mengatakan...

Oke, banet artikelnya

obat tradisional kanker hati mengatakan...

wah kren banget

Unknown mengatakan...

sucks!

Posting Komentar

isi dong!